3 UTS- 3 My Stories for You
3.0.0.1 Bagian 1: Rasa Khawatir( serta Dinding yang Kubangun Sendiri)
Sedari SMA, terdapat satu nama yang tidak berani aku sebut sebagai tujuan: ITB. Di kepala aku, tempat itu merupakan tingkat lain, diisi oleh orang- orang yang levelnya” tidak terjangkau”. Aku membangun sebuah narasi, suatu dinding pertahanan guna melindungi ego aku. Aku meyakinkan diri sendiri bahwa aku tidak pantas, dan bahkan, aku tidakingin ke sana. Tiap kali terdapat teman ataupun saudara bertanya,” Nanti ingin kuliah di mana?”
Aku sudah siapkan jawaban mantap.” UI,” kata aku.” Aku tidak ingin di ITB.”
Serta jika mereka bertanya mengapa, aku hendak meningkatkan dengan percaya,” ITB berat.”
Pasti saja,” berat” merupakan kata lain untuk” saya takut gagal”.
Aku lebih baik berpura- pura tidak ingin, daripada berupaya serta meyakinkan kalau ketakutan aku benar.
3.0.0.2 Bagian 2: Kegagalan( Pelajaran dari Pintu yang Tertutup)
Sehingga, aku pun menempuh rencana aku. Aku mendaftar ke bermacam tes masuk, menjauhi satu nama yang aku takuti itu. Saya mengerahkan seluruh usaha saya ke pilihan- pilihan yang saya anggap” nyaman” serta” cocok” dengan kemampuan saya. Satu per satu, hasilnya keluar.
” Kamu tidak diterima.”
Lagi.” Kamu tidak diterima.”
Beberapa kali kegagalan aku terima. Penolakan demi penolakan. Pintu- pintu yang aku yakini akan terbuka, malah tertutup rapat. Seluruh rencana saya hancur. Dinding yang aku bangun untuk melindungi ego aku dari kegagalan ITB, saat ini lagi dihantam oleh kegagalan dari tempat lain.
3.0.0.3 Bagian 3: Dorongan “Coba Saja” (Lompatan Tanpa Keyakinan)
Di tengah keputusasaan itu, keluarga saya tiba dengan masukan yang paling aku hindarkan.
” Coba aja tes mandiri ITB.”
Aku menolak. Tetapi dorongan itu tiba lagi, kali ini “agak sedikit maksa”.
” Coba aja,” kata mereka.” Siapa tau dapat.”
Kalimat “siapa tau dapat” itu terdengar berbeda di telinga saya yang sudah lelah ditolak.
Itu bukan kalimat yang menuntut kesuksesan, itu hanya ajakan untuk berupaya. Tidak terdapat ekspektasi. Tidak terdapat beban. Dengan sisa- sisa keberanian atau bisa jadi lebih tepatnya, kepasrahan saya mendaftar.
Aku “memberanikan diri”, bukan sebab aku seketika yakin diri, tetapi sebab aku telah tidak memiliki apa- apa lagi buat dipertaruhkan.
3.0.0.4 Bagian 4: Hasil (Jalan yang Tidak Pernah Saya Pilih)
Hari pengumuman datang. Aku membukanya tanpa harapan, telah siap buat memandang penolakan yang kesekian kali. Aku cuma mau ini semua segera berakhir. Saya membaca layarnya.
… Dan, dapat.
Aku diterima. Di salah satunya tempat yang aku bilang” tidak ingin”. Di salah satunya tempat yang aku anggap” sangat berat”. Di salah satunya tempat yang aku rasa” tidak pantas” buat aku. Hidup memiliki cara yang lucu untuk menampilkan kalau kita salah. Jalur yang sangat aku takuti, yang sangat aku jauhi, malah merupakan jalur yang terbuka kala seluruh jalur lain tertutup. Aku belajar kalau rintangan terbesar aku tidaklah beratnya tes ataupun hebatnya nama ITB. Rintangan terbesar aku merupakan dinding” tidak pantas” yang aku bangun di kepala aku sendiri.